Menyikapi Valentine Day

Menyikapi Valentine Day

Anda pasti sudah tahu, bahwa bulan Pebruari merupakan bulan yang disnggap special oleh sebagian orang (terutama remaja yang sedang terlibat asmara), karena dipertengahan bulannya-tepatnya tanggal 14 Pebruari- mereka peringati sebagai Hari Kasih Sayang. Peringatan yang menurut sejarahnya dikaitkan dengan sosok Santo Valentine, seorang pria Roma yang dengan keyakinannya menolak melepaskan ajaran Kristen yang diimaninya. Valentine meninggal pada 14 Pebruari 269 Masehi yang kebetulan bertepatan dengan hari yang disebut sebagai pelaksanaan “undian cinta”.

Hari ini ditandai dengan saling mengekspresikan bentuk kasih sayang seorang yang menyayangi atau disayangi. Di satu hari yang mereka anggap sebagai hari sakral untuk berkasih sayang itu betul-betul ingin mereka habiskan sepuas hati. Walaupun tidak semua, kebanyakan hari kasih sayang ini justru dijadikan sebagai pembenaran dari praktek pelampiasan kasih sayang yang terlarang.Ini akibat dari kesan yang terlanjur melekat di benak mereka yang senantiasa merayakannya tanpa pertimbangan kelayakan memperingatinya.

Mengekspresikan kasih sayang pada sesama adalah sesuatu yang sah dan bahkan mulia (jika tepat sasaran). Tapi jika mengekspresikan kasih sayang dengan tanpa menyayangi diri sendiri, orang tua, dan generasi yakni dengan cara yang akhirnya mempertaruhkan kemulyaan dan kehormatan diri, adalah menjadi hal yang sia-sia dan tidak memberi manfaat apa-apa. Kasih sayang seyogyanya dipersembahkan kepada yang “tepat sasaran” bukan sekedar “kekasih pilihan”. Persembahan kasih sayang dengan bentuk yang terkadang memperihatinkan dan dengan sasaran yang dianggap menguntungkan, pada akhirnya mewujudkan persembahan yang tidak proporsional (tentu Anda tahu maksudnya).
Jika implikasi yang (menurut saya serius) ini tetap membudaya di bumi Indonesia yang (masih?) memegang adat ketimuran, bagaimana mestinya kita menyikapi Hari Valentine?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MANFAAT LAIN DARI HANDPHONE (HP) / PONSEL

SOAL PAT IPA